Jangan Stress Saat Hadapi Krisis

[IMG:jgn-stress-hdp-krisis-3.jpeg]

Seorang praktisi public relations (PR) seyogianya tak perlu panik bahkan stress kala menghadapi krisis yang terjadi. "Krisis yang terjadi memang bisa membuat kita, praktisi PR sakit perut. Tapi hadapilah dengan kalem namun penuh perhitungan," ujar Arif Prabowo, VP PR PT. Telkom di Bali (12/05/2014). Arif menyampaikan hal ini pada workshop How to Handle Press Well bertajuk Membangun Reputasi Melalui Kisah Sukses Mengelola Krisis. Workshop yang diikuti 47 peserta dari 28 korporasi dan organisasi itu, diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Jakarta.

Tampil di hari pertama workshop, Arif lebih lanjut membeber beberapa kasus krisis yang pernah menimpa Telkom Grup. Antara lain kasus Telkomsel yang sempat dipailitkan sebuah perusahaan. "Dalam situasi seperti itu, kami di tim PR akan membangun koordinasi yang komprehensif dengan tim dari divisi lain. Supaya bisa mengelola krisis dengan baik untuk disampaikan kepada publik secara hati-hati," lanjut Arif.

Masih Arif, krisis yang menimpa sebuah korporasi atau organisasi bisa dipantik oleh isu negatif. Pola penyebaran isu negatif itu bisa berasal dari rumor dan laporan resmi. Oleh sebab itu agar bisa mengamankan citra perusahaan, PR harus cerdas memainkan isu.

Di bagian lain, ia mengatakan, seorang PR harus bisa mengatur CEO atau pimpinannya ketika akan bicara di media. Apalagi ketika berbicara di masa krisis terjadi. "Apapun, di balik sebuah krisis, pasti akan muncul solusi untuk menghadapinya," Arif menekankan.

Sementara itu, Agung Laksamana, Wakil Ketua Umum Perhumas yang satu sesi dengan Arif mengatakan, PR harus memiliki fleksibilitas dalam mengelola isu di media. Tuturnya, media biasanya membutuhkan PR menyampaikan kebenaran informasi yang terjadi.

Agung juga menyinggung pentingnya praktisi PR memahami soal litigasi. "Litigasi PR sangat penting diketahui praktisi PR ketika hadapi kasus-kasus hukum," ujarnya dalam workshop yang berlangsung tiga hari ini, 12 - 14 Mei 2014.*** (asw)