Belajar Krisis di Malang

[IMG:belajar-krisis-di-malang.jpeg]

Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat kembali mengadakan The 21st  How to  Handle Press Well Workshop dengan mengusung tema besar “Driving Issues to Managing Communication Crisis”. Berlangsung di Malang , workshop yang menghadirkan sebanyak 52 orang peserta ini berlangsung selama 3 (tiga) hari, 26 – 28 Maret 2014.  

Workshop  dibuka oleh Asmono Wikan, Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat yang menyampaikan langsung pengantar singkat tentang Indonesia Media Landscape. Lima narasumber profesional di bidang media dan kehumasan tampil sebagai pemateri. Mereka adalah Prita Kemal Gani (Ketua Umum Perhumas), Ong Hock Chuan (Technical Advisor Maverick Indonesia), Sururi Alfaruq (Pemimpin Redaksi Koran SINDO), N Nurlela Arif (Head of Corporate Communications PT Bio Farma), dan Giri Inayah (Kepala Sub Bidang Media Massa Kementerian Kesehatan RI). Para pembicara itu menyampaikan materi seputar Strategi PR dalam Mengelola Isu Bagi Korporasi atau Organisasi, Understanding and Prevening Crisis, Perspektif Media Dalam Mengelola Krisis Komunikasi, serta Manajemen Krisis Komunikasi dan Antisipasi Isu Negatif.

Prita yang tampil di hari pertama, membawakan materi Strategik PR dalam Mengelola Isu Strategis Bagi Korporasi atau Organisasi. Kehangatan suasana workshop muncul di sat sessi tanya jawab dengan Prita yang juga merupakan pimpinan London School of PR (LSPR) ini. Di hari kedua workshop, Ong  Hock Chuan dengan gaya khasnya yang tidak mau menggunakan microphone, memandu peserta berdiskusi tentang Understanding and Preventing Crisis.  Ia mengajak seluruh peserta menyelesaikan dua kasus kehumasan akibat krisis melalui penugasan kelompok yang diakhiri presentasi wakil kelompok masing-masing.

Sementara itu, Sururi Alfaruq dalam sessinya menampilkan  materi tentang Perspektif Media dalam Mengelola Krisis Komunikasi. Menurutnya, humas harus mampu membuat cerita (story telling) keberhasilan pemimpin (CEO) perusahaannya atau lembaganya melalui media. Supaya hubungan dengan media lebih baik, dan ketika mengalami krisis lebih mudah dikomunikasikan melalui media penanganannya. Adapun Nurlela Arif menghadirkan pengalaman Bio Farma dalam Manajemen Krisis Komunikasi dan Antisipasi Isu Negatif.  

DI hari kedua workshop, peserta juga diajak panitia untuk jalan-jalan menikmati suasana kota Malang, makan malam, sekaligus berkunjung ke kantor redaksi harian Malang Pos. Di hari terakhir workshop, peserta berdiskusi dengan Giri Inayah dalam mengelola isu dan krisis komunikasi yang pernah dialami Kementerian Kesehatan RI. Workshop akhirnya diutup dengan pembagian souvenir antar peserta dan pembagian sertifikat yang diserahkan oleh Asmono Wikan. ***